Photobucket

Kamis, 10 Maret 2011

MISTERI SEBELAS PETI PUSAKA

s
Menurut keterangan yang
pernah kudengar, ditambah lagi
dari pengalaman belajar
mengajiku, memang disebutkan
dalam salah satu kitab bahwa
rupa jin itu hitam legam dan
tinggi besar. Keterangan ini
sepertinya memang benar
adanya. Setidaknya aku bisa
meyakininya setelah kualami
sendiri sebuah kejadian
misterius. Kukatakan misterius
karena peristiwa yang
menimpaku ini terjada antara
sadar dan tidak. Karena memang
waktu itu aku sepertinya
sedang tidur. Dalam konteks ilmu
gaib, peristiwa ini kerap disebut
dengan istilah samara.
Ceritanya terjadi beberapa
waktu yang lalu. Ketika itu aku
sehabis pulang dari rumah
teman, sekitar pukul 23.30 wib.
Karena sudah terlalu malam, aku
tidak mendapat pintu.
Maksudku, semua penghuni
rumah sudah pulas, sehingga tak
ada seorang pun yang
mendengar suara pintu yang
kuketuk dengan kuat, atau
suaraku yang berulang kali
memanggil-manggil penghuni
rumah.
Karena keadaan ini, akhirnya
terpaksa aku tidur di mobil tua
milik ayah yang diparkir di
halaman rumah. Saking
gerahnya, kubuka kacanya
separuh. Angin yang bertiup
sepoi-sepoi masuk ke dalam
kabin mobil, dan akhirnya
membuatku terlelap tidur.
Anehnya, di tengah malam,
antara tidur dan tidak, aku
seperti bermimpi melihat wujud
hitam berdiri di atas wuwungan
rumah. Namun, secepat itu sosok
misterius tadi sudah berada di
atap rumah bagian depan.
Aku masih memperhatikanya,
manakala dia turun lagi dan
hingga di atas mobil. Dalam
keadaan seolah masih mimpi,
saat itu aku merasakan mobil
bergoyang-goyang. Kemudian
makhluk itu melompat dan
menginjakkan kakinya di atas
tanah. Aku bahkan membiarkan
dia mengintipku dari balik kaca
jendela mobil
Wow! Rupa makhkuk itu sangat
menyeramkan. Dia memiliki dua
tanduk di kepalanya. Matanya
merah. Gigi taringnya panjang.
Telinganya lancip seperti
kelelawar. Wajahnya disuburi
dengan banyak bulu hitam.
Persis seperti yang sering
divisualkan dalam film horor.
Anehnya, aku biasa saja.
Mulanya, sama sekali tak ada
ketakutan yang kualami. Rasa
takut yang begitu sangat, timbul
setelah aku sadarkan diri karena
mendadak terbangun dari tidur,
atau tepatnya keadaan samara
itu. Namun, ketika itu pula si
makhluk menghilang. Seketika
aku melompat dari mobil tua,
dan berlari ke pintu depan
rumah. Kugedor pintu itu
dengan kuat, sampai-sampai
ayah yang terbangun sempat
memarahiku. Namun, tak segera
kuceritakan kejadian aneh itu.
Atas kejadian aneh yang
kualami, aku tak dapat
mengatakan, bahwa itu adalah
mimpi ataupun nyata. Yang
pasti, aku mengalaminya cukup
lama. Buktinya, saat aku tersadar
waktu sudah menunjukkan
pukul 03 dinihari. Padahal, saat
masuk ke dalam mobil itu baru
sekitar pukul 23.45.
Jika kubilang hal itu hanya
mimpi, namun jelas kejadian itu
sedemikian nyata. Sulit
kukatakan bahwa itu hanya
bunga tidur semata.
Karena tak tahan memandam
misteri ini, akhirnya kuadukan
ini pada ayah. Betapa aku kaget,
sebab ternyata ayah
membenarkannya. Menurutnya,
kejadian yang kualami itu bukan
sekedar mimpi. Ayah sendiri
mengaku pernah mengalaminya.
Sama seperti aku. Pada awalnya
ayah juga menganggap hal itu
seolah-olah hanya mimpi.
Apakah kejadian aneh itu ada
hubungannya dengan rumah
yang kami tempati?
Ya, kami sekeluarga memang
tinggal di sebuah rumah tua
yang sebenarnya milik Uwaku.
Beliau memang dinas dan sudah
menetap di Kalimantan. Karena
Uwak tak mau mengontrakkan
rumah ini kepada orang lain,
maka daripada kosong beliau
meminta kami sekeluarga untuk
menempatinya.
Bangunan rumah ini memang
tergolong salah satu bangunan
yang paling tua di lingkungan
kami. Kami merasa betah dan
nyaman tinggal diatas tanah
yang luasnya sekitar 500 meter
persegi itu karena suasananya
sejuk dengan berbagai macam
tanaman.
Kejadian pada malam itu
akhirnya terlupakan seiring
dengan sang waktu. Setelah
ayahku pensiun, semua keluarga
pindah ke kampung halaman
kami. Aku yang belum
berkeluarga terpaksa menempati
rumah ini seorang diri, karena
memang aku tak enak untuk
menolak permintaan Uwakku,
terlebih beliau bersedia
memberiku sejumlah uang untuk
biaya pemeliharaannya. Intinya,
Uwa tetap mengharapkan agar
rumah miliknya itu jangan
sampai dikosongkan.
Ada beberapa kejadian mistis
yang dialami ayahku saat masih
tinggal di rumah ini. Salah
satunya yakni sering
terdengarnya suara tangis dan
tawa seorang wanita. Uniknya,
hal ini cuma dialami oleh ayah
sendiri. Tak jarang ayah sering
diganggu, dicolek, atau dikelitik
sewaktu tidur. Mulanya, ayah
mengira yang mengganggunya
adalah ibuku yang tidur di
sampingnya.
Kejadian aneh juga pernah
dialami seluruh penghuni rumah.
Ini persisnya berlangsung saat
malam-malam terakhir sebelum
ayah dan semua keluarga pindah
ke kampung halaman, kecuali
aku.
Suatu malam sekitar pukul 23.00
WIB. Setelah hujan reda, kami
sekeluarga dikejutkan dengan
suara ketukan pintu yang
disertai ucapan salam seorang
wanita. Tapi setelah dibuka
olehku, ternyata tidak ada
siapapun.
Kejadian aneh ini berlangsung
dua malam berturut-turut.
Karena penasaran, akhirnya
kami bersepakat untuk mencoba
menjebak si tamu misterius itu.
Dengan berbagai cara yang
diatur, kami berhasil melihat
siapa sebenarnya yang telah
membuat keresahan itu.
Ternyata benar! Dia seorang
perempuan. Usianya sudah tua.
Hal ini diketahui ayah sendiri
yang tidur di dalam mobil.
Sedang aku dan kedua kakak
yang tidur di dekat pintu yang
akan diketuk, tidak sempat
melihat seperti yang dikatakan
oleh ayah.
Begitulah keanehan di dalam
rumah tua itu. Aku selalu berdoa
dalam hati, mudah-mudahan
sepanjang aku menempati
rumah Uwak ini tidak terjadi
apa-apa. Aku tetap
memberanikan diri, namun
dengan ditemani saudaraku
misanku, yakni Acep dan Jajat
setiap malamnya.
Pada malam pertama dan malam-
malam berikutnya saat aku
menempati rumah tersebut,
suasananya biasa-biasa saja.
Tetapi menginjak dua minggu
berikutnya, untuk pertama
kalinya aku dibuat tidak tenang.
Ketika berkumandangnya adzan
shubuh, aku bergegas
mengambil air wudhu. Tapi apa
yang terjadi? Aku mendengar
suara seorang yang mendehem
dengan begitu menggema dari
dalam kamar mandi. Karena
kejadian ini, akhirnya sholat
shubuhku terpaksa kutunda
hingga di ujung waktu sampai
tidak kudengar lagi suara
mendehem yang menggetarkan
nyali itu.
Pikirku, mungkin suara dehem
itu adalah jin. Maksudku jin
muslim. Konon, jin-jin yang taat
kepada Tuhannya, saling
berebut wudhu apabila
mendengar masuknya waktu
sholat. Benarkah? Entah, aku tak
bisa memastikannya.
Berawal dari kejadian ini, aku
sudah merasa ada makhluk lain
yang memperhatikan gerak-
gerikku. Buktinya, ketika suatu
malam Acep dan Jajat tidak
dapat menemaniku, sewaktu
aku terlambat melakukan sholat
Isya jam sembilanan, aku
mendengar suara lembut yang
mengucapkan lafadz amin. Ini
terjadi tatkala rampungnya
surat Al Fatihah yang kubaca,
seakan-akan ada yang
mengikutiku menjadi makmum
di belakangku.
Spontan saja aku kaget. Namun,
dengan tabah kuteruskan
sholatku sampai salam.
Beberapa jam setelah kejadian
itu, ketika aku hendak buang air
besar di tengah malam, aku
dibuat panik dengan padamnya
lampu kamar mandi yang terjadi
secara tiba-tiba. Sepertinya ada
yang mematikan dengan
terdengarnya pijitan kontak
lampu yang kebetulan berada di
luar pintu.
Beberapa saat aku diam saja.
Tapi saking dibuat kesal, aku
nekad untuk membentaknya.
“Hei! Siapa diluar?Jangan
macam-macam. Ayo nyalakan!”
Berulangkali aku membentak,
namun tetap saja tidak ada
jawaban.
“Heh, tolol! Kamu orang apa
setan sih?” benatakku denan
kesal. “Ayo, nyalakan goblok!”
hardikku pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar