Photobucket

Minggu, 06 Maret 2011

MISTERI PESUGIHAN KAIN MORI MAYAT

Inilah nasib manusia, hampir tak
ada tempat yang tenang untuk
berdiam di muka bumi ini.
Bahkan sesudah meninggal pun
masih saja ada manusia yang
usil untuk mengganggunya.
Mungkin pembaca masih ingat
peristiwa beberapa tahun yang
lalu di desa Pelumutan,
Purbalingga. Sumanto dengan
berani dan nekat mengusik
ketenangan mayat nenek Rinah
dengan mencuri tubuhnya
untuk dimakan. Lain lagi Parman,
40 tahun, (bukan nama
sebenarnya), seorang nelayan
warga desa Kawunganten,
Cilacap. Dia mengusik mayat
seseroang dengan maksud
hanya untuk mengambil kain
morinya sebagai media
pesugihan. Parman dengan tega
mengabil satu-satunya barang si
mayat yang dia bawa ke alam
kuburnya, yaitu selembar kain
mori.
Sifat nekatnya ini dikarenakan
beban hidup yang menghimpit
keluarganya. Dia megikuti jalan
seperti yang pernah ditempuh
oleh temannya yang sekarang
menjadi kaya raya. Berkat
kenekatan dan keberaniannya,
mencuri kain kafan atau mori
orang yang mati pada malam
Jum ’at Kliwon atau Selasa
Kliwon, Parman berharap bisa
memperoleh apa yang dia
inginkan sehingga bisa menjadi
kaya raya dan tidak lagi
mengontrak rumah mungil di
perkampungan nelayan. Ritual
ini dianggapnya paling mudah
dan sederhana. Karena jika dia
berhasil mengambilnya, dia bisa
meminta apa saja pada sosok
mayat yang diambil morinya itu,
sebagai tebusan. Seperti
petunjuk Badrun (bukan nama
sebenarnya).
“Kenapa harus orang yang mati
pada hari Jum’at atau Selasa
Kliwon yang digunakan sebagai
ritual pesugihan ?” Tanya penulis
saat itu. Menurutnya, ini sudah
menjadi syarat ilmu kejawen
dam ritual pesugihan kain mori
yang dipercaya sejak dulu.
Berbulan-bulan Parman
menunggu dan mengintai orang
yang meninggal pada hari
tersebut. Tak jarang dia
menyelidiki, mencari informasi
secara diam-diam hingga ke
kampung sebelah. Kalau-kalau
ada yang meninggal di hari yang
dia harapkan agar bisa
digunakan sebagai media
ritualnya.
Hingga akhirnya dia menemukan
orang meninggal seperti yang
diharapkan itu.
“Beruntung sekali aku waktu itu,
yang meninggal adalah seorang
anak kecil. Sehingga aku bisa dan
berani mengambil kain
kafannya. Jika saja yang
meninggal orang sudah dewasa,
mungkin aku tak sanggup untuk
mengambilnya. Karena si mayat
tidak akan mungkin rela
selimutnya (kain penghangat
tidurnya) saya ambil. Dia akan
mempertahankan kain mori itu
sehingga akupun harus
berkelahi dengannya di liang
kubur, ” cerita Parman
mengawali kisahnya.
Memang benar, taruhannya
nyawa untuk memperoleh dan
merebut kain mori yang sedang
dipakai oleh si mayat. Diamping
harus waspada terhadap orang
lain agar tidak diketahui, juga
harus mati-matian dalam proses
pengambilannya. Ketika
menggali kuburan, tidak boleh
menggunakan bantuan
peralatan apapun. Jadi harus
menggunakan kedua tangan. Hal
inilah yang harus diperhatikan,
agar ritual tidak sia-sia.
Kemudian setelah membuka tali
pengikat mori, kita harus
secepatnya untuk menarik kain
mori tersebut menggunakan
gigi. Seberapa pun yang kita
dapatkan itulah yang harus kita
bawa pulang sebagai media
pesugihan. Jadi kita tidak boleh
mengambilnya berulang-ulang
kali, cukup sekenanya saja.
Beruntung jika kita bisa
mendapatkan yang cukup lebar
sehingga kita bisa semakin kaya.
Menurut Parman jika sang mayat
sudah nampak (kelihatan),
disinilah kita harus berhati-hati.
Karena si mayat akan cepat
menyerang kita dan
memperthankan kain mori yang
digunakan untuk selimut
baginya. Percaya atau tidak,
setiap orang yang haus akan
harta, dan melakukan ritual ini,
pasti dia akan berkelahi dengan
jasad orang tersebut. Dimana
jasad mayat itu mungkin saja
telah disusupi oleh roh jahat,
sehingga tenaga diapun begitu
kuat
“Aku benar-benar tak
menyangka kalau mayat itu
memiliki tenaga yang berlipat
ganda. Jauh lebih besar dari
tenaga manusia pada umumnya.
Walaupun yang aku ambil kain
mori milik anak kecil, tapi tenaga
dia seperti orang dewasa.
Apalagi jika yang meninggal
adalah orang dewasa, sudah
pasti aku tak mampu untuk
mengambilnya. Pantas saja
banyak orang yang tak sanggup
dan gagal melakukan ritual ini,”
tuturnya kepada penulis.
Jika dia kalah dalam bertarung
melawan si mayat, dia kan
babak belur bahkan tak jarang
dia mengalami cacat tubuh
akibat dipukuli oleh mayat dalam
liang kubur. Parman saja
mengalami luka memar dan biru-
biru di sekujur tubuhnya. Oleh
karena itu, tak jarang orang
yang punya niat mengambil
kaim mori milik mayat hanya
mendapatkan luka babak belur,
tanpa membawa hasil apapun
“Yang jadi masalah, kita harus
konsentrasi bagaimana
secepatnya bisa mengambil kain
mori itu dan melepaskan diri dari
dalam liang lahat. Jadi kita sama
sekali tak bisa untuk
melawannya, ” uangkapannya
kemudian.
Cerita Parman bisa dimaklumi,
disamping menahan takut, dia
juga harus menahan pukulan
dari si mayat tersebut. Hal ini
berlangsung cukup lama,
mengingat dalam penggalian
serta cara mengambil mori itu
hanya menggunakan tangan
dan mulut. Karena menurut
kepercayaan tak diperbolehkan
menggunakan peralatan. Jika
telah mendapat kain mori itu,
keberhasilan hidup dimasa
depan boleh dikatakan sudah di
depan mata. Karena menurut
Parman, kita bisa meminta apa
saja nantinya pada si mayat
yang telah kita ambil kain
morinya itu. Bagaimana cara
mengguankan kain mori yang
telah diambilnya dari kuburan,
sebagai sarana ritual pesugihan
itu? Berikut cerita Parman
membeberkan kepada penulis.
“Jika kita sudah mendapatkan
mori mayat, sesampainya di
rumah langsung kita simpan saja
sementara di dalam almari
menunggu waktu yang tepat
untuk memulainya. Tapi jangan
sampai di cuci. Cara
menggunakannnya cukup
mudah, kain mori tersebut kita
jadikan sumbu lampu (templok).
Tepat pada jam duabelas, malam
Jum ’at atau Selasa Kliwon.
Dengan sedikit ritual dan mantra
tertentu, lalu kita dulut (bakar).
Setelah sumbu lampu itu
menyala, asap dari sumbu mori
itu akan membumbung. Dengan
ketajaman si mayat, dia akan
mencium di mana selimutnya
berada. Sehingga bisa kita
pastikan mayat pemilik kain
mori tersebut akan muncul
mendatangai rumah kita. Dia
akan terus memutari rumah kita
untuk meminta yang dia sebut
selimutnya itu, ” papar Parman.
Menurutnya pula, mayat itu akan
merengek dan menangis
meminta kepada kita. Nah, disaat
inilah Parman akan
mempermainkan dan
memperdayainya untuk
kepentingannya, yaitu dengan
meminta segala sesuatu yang
diinginkannya. Walaupun
menurutnya pula, dia selalu
merasa berdosa dan tak tega
mendengar suara ratapannya
itu.
MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM
MODAL CUMA 95RIBU
KumpulBlogger.com
“Waktu pertama saya
mencobanya, saya merinding,
bahkan ikut menangis. Tapi demi
urusan perut dan masa depan
keluargaku, ritual tersebut
terpaksa aku teruskan. “Menurut
Parman, saat dia menyobek kain
mori untuk dijadikannya sumbu,
ada perasaan lain yang dia
rasakan. Perasaa itu semakin
santer saat sumbu kain mori
mulai disulut di dalam kamarnya.
Lalu menyala dan mengeluarkan
asap mengepul, memenuhi
ruangan. Tiba-tiba dari arah
jendela kamar, ada suara
ketukan yang dibarengi dengan
sebuah tangisan yang
menyayat, serta permintaan
tolong dari anak kecil.
“Tolong Pak…………….., kembalikan
selimutku! Aku kedinginan.
Kembalikan selimut satu-satunya
miliku yang kamu ambil itu pak.
Aku membutuhkannya ……
jangan kau ambil miliku itu Pak!
Berikan. Aku
membutuhkannya ……………”
suara anak kecil yang berada di
luar jendela itu. Parman tahu
persis, kalau itu adalah suara
sosok mayat yang diambil kain
morinya itu. Dia terus memohon
sambil menangis.
“Selimutmu akan aku kembalikan
padamu, tapi nanti jika aku
sudah memiliki rumah sendiri
yang bagus. Makanya kamu
bantu aku agar aku memiliki
rumah bagus sehingga
selimutmu segera aku
kembalikan.” Janji Parman
kepada sosok di luar.
Tak lama suara itu hilang, entah
kemana dan Parman langsung
mematikan lampu templok
tersebut. Aneh tapi benar
adanya. Tak begitu lama, Parman
mendapatkan ikan saat melaut
yang tak masuk akal dalam
sepanjang sejarah dia menjadi
nelayan. Dia mendapatkan
tangkapan yang luar biasa
banyaknya. Hal ini berlangsung
hampir tiga bulan lamanya.
Sehingga pada akhir bulan
ketiga, dia benar-benar bisa
memiliki rumah sendiri yang
bagus. Parman tak mau berhenti
hanya di situ. Malam Jum ’at
Kliwon berikutnya, kembali dia
menyulut sumbu kain mori itu
lagi. Sehingga kejadian seperti
dulupun terulang lagi
“Tolong Pak…………., selimutku
kembalikan, aku benar-benar.
Aku tak tahan lagi aku tak kuat
pak, bantu aku kembalikan
selimut itu padaku, ” rengeknya
lagi. Parmanpun kembali
menjanjikannya lagi.
“Kalau kamu ingin aku bantu,
kamu juga harus membantuku.
Aku menginginkan motor baru,
jika kamu bisa membantu, nanti
selimutmu akan aku
kembalikan, ” jawabnya lagi.
Kembali suara itu hilang seperti
terbawa angin malam Jum ’at
Kliwon saat itu. Benar-benar luar
biasa, entah uang dari mana tapi
yang jelas rezeki Parman terus
mengalir, sehingga dia benar-
benar bisa membeli sebuah
sepeda motor baru.
Kini Parman semakin percaya
akan keampuhan sumbu kain
kafan seperti yang diceritakan
Badrun. Pantas Badrun semakin
kaya saja. Rupanya jika
menginginkan sesuatu dia
tinggal menyulut sumbu mori.
Lalu empunya akan datang
untuk memberinya apa yang dia
inginkan, pikir Parman dalam
hati. Kehidupan Parman benar-
benar berubah drastis. Dia
menjadi seorang yang kaya dan
terpandang di kampungnya.
Parman tak berpikir lagi tentang
penderitaan mayat yang dicuri
kain kafannya. Termasuk
keluarga si mayat yang masih
hidup yang tak rela kuburan
anaknya di bongkar dan di
rusak.
Parman malah semakin serakah
dengan tipu muslihatnya
memperdaya sukma orang yang
mati. Roh yang seharusnya telah
tenang di alam sana, masih dia
usik kedamaiannya. Bahkan
dimintai seabreg urusan
duniawi yang ujung-ujungnya
hanyalah tipu muslihat Parmana.
Selama sumbu kain mori mayat
itu masih ada, Parman masih
terus bisa memperdaya makhluk
halus itu. Dia sendiri tak tahu
kapan sumbu itu akan habis
sebagai sarana pesugihannya.
Bahkan mungkin untuk kesekian
puluh kalinya dia menginginkan
sesuatu yang benar-benar
dramatis. Dia berjanji kepada
arwah anak kecil itu, untuk yang
terakhir kalinya, kalau dia akan
mengembalikan selimutnya jika
dirinya telah memiliki sebuah
kapal penangkap ikan sendiri,
tidak menyewa kepada Bandar
ikan lagi.
“Ingat pak, ini adalah janjimu
yang terakhir kalinya. Aku juga
sudah lelah dijanjikan terus
menerus. Aku hanya ingin kamu
menepati janji itu. ” Ucap sosok
bocah dari alam gaib itu sembari
pergi.
Aneh bin ajaib, selang beberapa
bulan, Parman pun bisa memiliki
kapal penangkap ikan sendiri.
Hasil lelang dari Bandar kaya di
daerahnya. Kini tempat
pelelangan ikan, benar-benar
seperti telah dikuasainya. Tapi
sayang, sifat serakah orang tak
pernah hilang dari hatinya.
Parman masih menginginkan
beberapa bidang tambak di
pinggiran teluk.
Malam Jum’at Kliwon kurang tiga
hari lagi. Niat hati ingin
membakar sumbu pesugihan itu,
tapi sayang kapal ikannya justru
tenggelam akibat badai dan
ombak yang ganas dan tak bisa
terselamatkan lagi. Tak hanya
itu, rumah Parman beserta
perabotannya terbakar habis
saat kompor gas yang sedang
dipakai memaksa istrinya
meledak. Parman benar-benar
kecewa, bahkan stress. Kini dia
kembali lagi menjadi orang
miskin yang hidup menumpang
pada orang lain. Dia juga kembali
menjadi nelayan buruh pada
seseorang
“Percayalah Mas, tak pernah ada
untungnya kita mendzalimi
orang lain, apalagi orang yang
sudah mati. Biarkan mereka
tenang dan damai di sisi-Nya.
Jangan sekali-kali pengalamanku
ini dicontoh orang lagi. Ini hanya
untuk mengambil hikmahnya
saja bahwa segala sesuatu akan
kembali kepada asalnya. Dan
semua sudah ditakdirkan serta
digariskan oleh-Nya, ” tutur
Parman yang kini benar-benar
telah insaf. Dia merasa selalu
dihantui oleh mayat yang dicuri
kain kafannya itu.
Dimuat di Majalah Misteri Edisi
#497 20 Sep- 04 Okt 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar