Photobucket

Rabu, 16 Februari 2011

KISAH WALI BERTELANJANG KAKI

Syekh Bisyr bin Harits RA
Nama lengkapnya Abu Bisyr bin
Al Harits Al Hafi. Beliau lahir
sekitar tahun 150 H/767 M di
dekat Kota Merv. Belajar hadits
di Baghdad dan menetap di
sana. Di usia muda, beliau
terkenal sebagai pemuda
berandal dan suka mabuk-
mabukan. Namun setelah sadar,
pendidikan formal yang sedang
ditekuninya, juga kehidupan
malam yang suram
ditinggalkannya. Beliau lalu
mengasah ruhaninya dengan
disiplin diri yang kuat. Hidup
sebagai pengemis yang terlunta-
lunta, kelaparan, dan
bertelanjang kaki.
Bagaimana jalan hidup Bisyr,
manusia berkaki telanjang yang
sangat dikagumi Imam Ahmad
bin Hambal dan dihormati oleh
Khalifah Al Makmun? Inilah
kisahnya.
TAUBATNYA MANUSIA BERKAKI
TELANJANG
Syekh Bisyr muda adalah
seorang pemuda berandalan.
Hampir tiap malam waktunya
dihabiskan di Bar dan
menenggak minuman keras
sampai mabuk. Suatu hari, dalam
keadaan mabuk dan langkah
terhuyung-huyung ia
menemukan secarik kertas
bertuliskan “Dengan Nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang ”. Bisyr lalu memberi
minyak mawar dan memerciki
kertas tersebut dengan minyak
lalu menyimpannya dengan hati-
hati di rumahnya.
Malam harinya, seorang
spiritualis bermimpi. Dalam
mimpinya ia diperintahkan Allah
untuk mengatakan kepada Bisyr,
“ Engkau telah mengharumkan
nama-Ku, maka Akupun telah
mengharumkan dirimu. Engkau
telah memuliakan nama-Ku,
maka Akupun telah memuliakan
dirimu. Engkau telah mensucikan
dirimu. Demi kebesaran-Ku,
niscaya Kuharumkan namamu,
baik di dunia maupun di
akhirat. ”
“Bisyr adalah seorang pemuda
berandal,” pikir sang spiritualis
“Mungkin aku telah bermimpi
salah.”
Oleh karena itu, sang spiritualis
segera bersuci, shalat, kemudian
tidul kembali. Namun tetap saja
mimpi serupa hadir lagi. Hal itu
berulang sampai tiga kali.
Keesokan harinya ia maencari
Bisyr. Ia bertanya pada
seseorang dan mendapat
jawaban, “Bisyr sedang
mengunjungi pesta buah
anggur. ”
Maka pergilah sang spiritualis
yang dikenal sebagai manusia
suci di daerahnya itu ke rumah
orang yang sedang berpesta itu.
Sesampai di sana ia bertanya,
“ Apakah Bisyr berada di tempat
ini?”
“Ada, tetapi ia dalam keadaan
mabuk dan lemah tak berdaya.”
“Katakan kepada Bisyr, bahwa
ada pesan yang hendak
kusampaikan padanya, ” kata
manusia suci itu.
“Pesan dari siapa,” tanya Bisyr.
“Dari Allah!” Jawab si manusia
suci.
“Aduhai!” Seru Bisyr dengan air
mata berlinang.
“Apakah pesan untuk mencela
atau menghukum diriku? Tapi
tunggu sebentar, aku akan
pamit kepada sahabat-
sahabatku dahulu. ”
“Sahabat-sahabat, aku dipanggil.
Oleh karena itu, aku harus
meninggalkan tempat ini.
Selamat tinggal! Kalian tidak
akan pernah melihat diriku lagi
dalam keadaan seperti ini !” Ia
berkata kepada teman-teman
minumnya.
Sejak saat itu, tingkah laku Bisyr
berubah seratus delapan puluh
derajat. Pemuda berandalan itu
menjadi demikian alim, shalih
dan wara ’. Sehingga tak
seorangpun yang mendengar
namanya tanpa kedamaian Ilahi
menyentuh hatinya. Bisyr telah
menempuh jalan penyangkalan
diri. Sedemikian asyiknya ia
bertawajuh ke hadirat Allah
hingga mulai saat itu ia tak
pernah lagi memakai alas kaki.
Itulah sebabnya Bisyr mendapat
julukan “Manusia Berkaki
Telanjang”.
Bila ditanya, “Bisyr, mengapa
engkau tak pernah memakai alas
kaki ?” Jawabnya adalah, “Ketika
aku berdamai dengan Allah, aku
sedang berkaki telanjang. Sejak
saat itu aku malu mengenakan
alas kaki. Apalagi, bukankah Allah
Yang Maha Besar telah berkata,
“ Telah Kuciptakan bumi sebagai
permadani untukmu. Dan
bukankah tidak pantas apabila
berjalan memakai sepatu di atas
permadani Raja ?”
Konon Imam Ahmad bin Hambal
sering mengunjungi Bisyr. Sang
Imam begitu mempercayai kata-
kata Bisyr. Hal itu menyebabkan
murid-muridnya tidak senang
hingga pernah mencela tindakan
gurunya.
“Wahai guru, di zaman ini tak
seorangpun yang dapat
menandingimu dibidang hadits,
hukum, teologi, dan setiap
cabang ilmu pengetahuan. Tapi
mengapa setiap saat engkau
menemani seorang berandal?
Pantaskah perbuatanmu itu?”
“Mengenai setiap bidang yang
kalian sebutkan tadi, aku
memang lebih ahli daripada
Bisyr. ” Jawab sang Imam.
“tetapi mengenai Allah, ia lebih
ahli daripada aku.”
Ahmad bin Hambal sering
memohon kepada Bisyr,
“ Ceritakan kepadaku perihal
Tuhanku.”
SI MISKIN YANG EMPATI KEPADA
ORANG MISKIN
Dikisahkan, selama 40 tahun
Bisyr sangat menginginkan
daging panggang, tetapi ia tidak
mempunyai uang untuk
membelinya. Bertahun-tahun ia
ingin memakan kacang buncis,
tetapi tak sedikitpun ada yang
dimakannya. Padahal, kalu Bisyr
mau, sebagai orang yang selalu
menghadap kepada Allah, dia
tinggal memohon kepada Allah
apa yang diinginkannya. Tapi dia
tidak mau melakukannya. Jalan
hidup penyangkalan dirinya
yang begitu kuat membuat dia
juga berpantang meminum air
dari saluran yang ada
pemiliknya.
Empatinya kepada kaum fakir
miskin begitu luar biasa. Pernah
salah seorang tokoh suci sedang
bersama Bisyr dalam suasana
cuaca yang sangat dingin sekali.
Semua orang mengenakan jaket
tebal. Tetapi Bisyr malah melepas
pakaiannya sehingga tubuhnya
menggigil kedinginan.
“Abu Nashr,” tegur orang suci.
“Dalam cuaca dingin seperti ini
orang-orang melapisi pakaian
mereka, tetapi engkau malah
melepaskannya. ”
“Aku teringat kepada orang-
orang miskin,” jawab Bisyr. “Aku
tidak mempunyai uang untuk
menolong mereka, oleh karena
itulah aku ingin turut merasakan
penderitaan mereka. ”
TAWAKAL TIADA TARA
Syekh Bisyr bin Harits adalah
orang yang menggantungkan
hidupnya kepada Allah semata.
Tawakalnya sungguh luar biasa.
Hal ini dapat kita temui dalam
kisah berikut:
Beberapa orang mengunjungi
Bisyr dan berkata, “Kami datang
dari Syiria hendak pergi
menunaikan ibadah haji. Sudikah
engkau menyertai kami ?”
“Dengan tiga syarat,” jawab
Bisyr. “Yang pertama, kita tidak
akan membawa perbekalan.
Kedua, kita tidak meminta belas
kasihan orang di dalam
perjalanan. Dan ketiga, jika
orang-orang memberikan
sesuatu, kita tidak boleh
menerimanya.”
“Pergi tanpa perbekalan dan
tidak meminta-minta dalam
perjalanan, dapat kami terima,”
jawab mereka. “Tetapi apabila
orang-orang lain memberikan
sesuatu, mengapa kita tidak
boleh menerimanya ?”
“Sebenarnya kalian tidak
memasrahkan diri kepada Allah,
tetapi kepada perbekalan yang
kalian bawa, ” cela Bisyr kepada
mereka.
Suatu hari orang-orang
berkumpul mendengarkan Bisyr
memberikan ceramah mengenai
rasa puas. Salah seorang di
antara pendengar mencela:
“Abu Nashr! Engkau tidak mau
menerima pemberian orang
karena ingin dimuliakan. Jika
engkau benar-benar melakukan
penyangkalan diri dan
memalingkan wajahmu dari
dunia ini, maka terimalah
sumbangan-sumbangan yang
diberikan kepadamu agar
engkau tidak lagi dipandang
sebagai orang yang mulia.
Kemudian secara sembunyi,
berikanlah semua itu kepada
orang-orang miskin. Setelah itu,
jangan engkau goyah dalam
kepasrahan kepada Allah, dan
terimalah nafkahmu dari alam
ghaib. ”
Murid-murid Bisyr sangat
terkesan mendengar kata-kata
ini.
“Camkanlah oleh kalian!” Jawab
Bisyr. “Orang-orang miskin
terbagi atas tiga golongan.
Golongan pertama adalah orang-
orang miskin yang tak pernah
meminta-minta dan apabila
mereka diberikan sesuatu
mereka menolaknya. Orang-
orang seperti ini adalah para
spiritualis. Seandainya orang-
orang seperti ini meminta
kepada Allah, niscaya Allah akan
mengabulkan segala permintaan
mereka. Golongan kedua adalah
orang-orang miskin yang tak
pernah meminta-minta, tetapi
apabila kepada mereka diberikan
sesuatu, mereka masih mau
menerimanya. Mereka ini berada
ditengah-tengah. Mereka adalah
orang-orang yang teguh
didalam kepasrahan kepada
Allah. Mereka inilah yang akan
dijamu oleh Allah di dalam
syurga. Golongan ketiga adalah
orang-orang miskin yang duduk
dengan sabar menantikan
pemberian orang sesuai dengan
kesanggupan, tetapi mereka
menolak godaa-godaan hawa
nafsu. ”
“Aku puas dengan
keteranganmu tersebut,” kata
orang yang tadi mencela.
“Semoga Allah juga puas
denganmu!”
WAFATNYA MANUSIA BERKAKI
TELANJANG
Suatu malam, ketika Bisyr
sedang terbaring manantikan
ajalnya di tahun 227 H/841 M,
tiba-tiba datang seseorang dan
mengeluh tentang nasibnya
yang malang. Bisyr melepaskan
dan memberikan pakaiannya
kepada lelaki itu. Dia sendiri lalu
memakai baju yang dipinjamnya
dari salah seorang sahabatnya.
Dengan mengenakan pakaian
pinjaman itulah, kekasih Allah ini
berpindah ke alam baqa’.
Di tempat lain, seorang lelaki
melihat keledai yang dibawanya
membuang kotoran di atas jalan.
Padahal selama Bisyr masih
hidup, tak ada keledai yang
membuang kotorannya di jalan-
jalan Kota Baghdad karena
menghormati Bisyr yang
berjalan dengan kaki telanjang.
Melihat kenyataan tersebut,
spontan lelaki itu berseru:
“Wahai, Bisyr telah tiada!”
Mendengar seruan itu, orang-
orangpun pergi menyelidiki.
Ternyata kata-katanya itu
terbukti kebenarannya. Lalu
kepadanya ditanyakan
bagaimana ia bisa tahu bahwa
Bisyr telah meninggal dunia?
“Karena selama Bisyr masih
hidup, tak pernah ada kotoran
keledai terlihat di jalan-jalan Kota
Baghdad. Tadi aku melihat
kenyataan itu telah berubah,
maka tahulah aku bahwa Bisyr
telah tiada. ” Allahu a’lam. (Var).
Diambil dari Majalah AHAM EDISI
73 TH.X SYAWAL 1428

Tidak ada komentar:

Posting Komentar